You Are Here: Home» » Mujahadah Imam Al Ghazali


Sahabat tercinta, pejamkan kedua pelupuk matamu, dan lihatlah apa yang tampak olehmu. Jika kau katakan bahwa aku tidak melihat apa-apa, kau keliru karena sebenarnya kau dapat melihatnya. Kegelapan telah menjauhkan kelekatannya dengan pandangan-mu, sehingga kau tak mampu melihatnya. Kalau kau lebih suka melihat dan menemukannya dari arah depan, sementara kau memejamkan kedua pelupuk matamu, cobalah untuk meminimalisir kegelapan da-rimu, atau menjauhkannya dari sisimu. Upaya untuk meminimalisir dan sedikit menjauhkan kegelapan darimu dinamakan mujahadah.

Makna mujahadah itu sendiri adalah upaya mencurahkan segenap kesungguhan untuk melawan kebohongan atau membunuh kebatilan, kebatilan yang eksis, hawa nafsu, dan Setan.

Ber-mujahadah dapat dilakukan dengan beberapa tahapan.

Pertama, sedikit demi sedikit mengurangi makan. Sebab makan seringkali menjadi kepanjangan tangan dari sebuah eksisten, nafsu dan Setan. Dengan mengurangi makan, maka dominasinya pun akan melemah.

Kedua, meninggalkan dan meleburkan ikhtiar pada Syekh (pembimbing spritual), yang terjaga, untuk memilihkan yang terbaik. Posisinya di sini tak ubahnya seperri seorang bocah kecil yang belum balig atau seperd orang yang bodoh yang tak mengeri apa-apa. Sehingga ia meniscayakan keberadaan orang tua, wall, hakim, atau pemimpin yang membimbingnya.

Ketiga, mengikuti metode tarekat Imam al-Junayd—semoga Allah mensucikan jiwanya—yang terdiri dari delapan syarat, yaitu dengan melanggengkan; (1) wudhu, (2) puasa, (3) diam, (4) kbalwah, (5) zikir, dengan ucapan "La ilaha illa AI!ah” (6) hubungan batin dengan sang guru dengan menyerap pengetahuannya meleburkan diri bersamanya, (7) terus meninggalkan hal-hal yang mengundang bahaya, (8) meninggalkan jauh-jauh sikap menentang Allah Swt. baik hal itu akan membahayakan ataupun akan memberikan ke-manfaatan bagimu di samping tidak mempertanyakan persoalan yang berkaitan dengan Surga dan Neraka.

Perbedaan antara wujud, nafsu, dan Setan dalam Maqam musyahadah, di antaranya adalah: wujud itu pada mulanya disimbolkan dengan kegelapan yang sangat pekat. Tatkala sedikit terang, ia akan membentuk gumpalan awan hitam di hadapanmu. Adapun singgasana Setan, berwarna merah menyala. Apabila bagian-bagian ini padam dan sirna, maka yang tersisa hanyalah kematian. Dan warna merah pun berubah menjadi putih bersih seperti kabut. Sementara nafsu itu saat muncul warnanya laksana biru langit, yang menmiliki dua mata air dari sumber air. Kalau singga­sana Setan itu muncul laksana kegelapan dan api berarti sumbernya hanya sedikit. Dan Setan tidak layak di sini. Dan luapan nafsu membanjiri eksisten dari api tersebut. Kalaupun nafsu tersebut tampak ber­warna bersih dan jernih, penuh dengan hamparan kebajikan, tetap saja kebaikan itu tidak akan tumbuh di sana. Demikian halnya ketika warna bersih dan jernih itu dibanjiri dengan keburukan, maka kejahatan akan tumbuh subur di sana. Setan merupakan api yang tak pernah bersih, karena tercampur dengan pekatnya kekufuran yang tiada tara. Gambaran itu muncul di hadapanmu laksana sosok hitam yang panjang dan menakutkan. Berjalan menghampirimu seolah-olah hendak masuk dalam tubuhmu. Apabila kau ingin melepaskannya, ucapakan doa dalam hati-mu,"Ya gayyas al mustagisi, agisna," (Wahai Zat Yang Maha Penolong bagi orang-orang yang memohon pertolongan, tolonglah kami). seketika bayangan itu akan sirna dari hadapanmu.
Tags:

0 komentar

Leave a Reply